“Menyikapi Pluralisme”*
Oleh : Luqman Novianto
Mahasiswa Fakultas Agama Islam UM MGL
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi Maha Mendengar. (Al Hujurat (49):13). Ayat ini turun sebagai jawaban atas pandangan sempit atas sebagian masyarakat terhadap fenomena pluralisme identitas kulit dan kedudukan. Sebagai akibatnya mereka memandang diskriminatif terhadap orang lain yang berbeda warna kulit. Pluralisme terjadi dalam berbagai hal : Agama, kebudayaan, ilmu, ras, suku, bangsa, dan lain sebagainya.
Istilah pluralisme sebenarnya berasal dari bahasa latin: pluralis yang berarti jamak. lawan katanya dari monisme, dualisme, atau uniter (Ghafur.2005:13) dalam bahasa Islam kemajemukan merupakan sunnatullah. Dari catatan sejarah yang terjadi pada masa kehidupan Rasulullah saw menunjukkan bahwa perbedaan dan kemajemukan adalah sebuah realitas yang tidak dapat dihindarkan dan merupakan sunnah yang harus dijalankan. Perbedaan di kalangan umat Islam sudah ada sejak Rasulullah masih hidup. Beliau menyaksikan di antara sahabat-sahabatnya berselisih pendapat tentang banyak hal. Di antaranya ada yang diluruskan, ada yang dibenarkan salah satunya, ada yang dibenarkan dua-duanya, dan ada pula yang dibiarkan.
Sebagai pemimpin umat, Rasulullah menyadari bahwa perbedaan dan silang pendapat adalah suatu yang niscaya. Justru dalam perbedaan itu terletak potensi yang sangat besar, yang jika dapat dikelola dengan baik dan tepat sasaran, justru akan membuahkan kekuatan yang luar biasa. Sebaliknya, jika perbedaan itu disikapi secara salah dan dikelola semaunya, maka perbedaan itu akan berubah menjadi konflik yang pada ujungnya dapat mendatangkan bencana. Pendek kata, meniadakan perbedaan sama halnya dengan menentang sunatullah, menentang fitrah kemanusiaan sekaligus menentang diri kita sendiri.
Masalah pluralisme di zaman Rosulullah sudah terjadi, ketika Salman Al Farisi datang kepada Rosulullah dan bertanya tentang teman-temannya dalam agama yang dipeluknya sebelum Islam. Teman-teman salman itu mengerjakan ibadah shalat dan puasa menurut syariat yang berlaku sebelum nabi diutus, setelah Salman memuji teman-temannya Rasulullah menyatakan “Hai Salman, mereka termasuk penghuni neraka”. (Ilyas.2003:48). Ternyata pluralisme yang meyakini bahwa semua agama adalah benar niscaya akan terjebak pada kesalahan fatal, ummat Islam harus mengimani dan meyakini bahwa hanyalah Islam agama yang benar.
Kutipan ayat Al Quran surat Al Hujurat : 13 diatas, sering menjadi landasan teori para pengagung pluralisme. Tidak heran kalau tema pluralisme ini sangat hangat dibahas oleh rekan-rekan akademisi bahkan ummat Islam, sekedar mengutip dari tulisan saudariku Siti Kholisiah didalam buletin SINAR edisi1/Th.I/2007.”Banyak diantara kita kaum muslim memahami pluralisme keberagamaan sebagai gerakan penyamaan agama, bahwa semua agama adalah benar. Memang, pernyataan tersebut tidak sepenuhnya salah.” (Kutip.hal:2). Dari tulisan saudariku Kholisiyah ini, yang penulis tangkap adalah, tema menyamakan bahwa semua agama masih ada unsur kebenaran. Islam telah memberikan doktrin bahwa barang siapa yang mencari agama selain dari pada Islam niscara tidak akan diterima oleh Allah. periksa QS. Ali Imran (3) : 19, 85)
Sebagai konsekuensi dari doktrin bahwa Islamlah satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah SWT maka tentu saja agama-agama lain yang dianut dan diyakini oleh sebagian umat manusia ditolak kebenarannya, bukan keberadaannya. Sekali lagi yang di tolak adalah kebenarannya, bukan keberadaannya. Keberadaannya tidak ditolak karana Allah tidak mau memaksa manusia untuk memeluk agama Allah. Islam menganjurka kebebasan memilih agama. hanya saja jika manusia memilih agama selain Islam, di akhirat nanti mereka termasuk orang-orang yang merugi. priksa QS. Al Baqarah (2) 256.
Sikap mencampur adukkan dan memadukan unsur-unsur tertentu saja yang menguntungkan dan mengarah kepada pengaburan adalah bukan sikap seorang pluralis. sebab pluralisme bukan sikap singkritisme yaitu menciptakan agama baru dengan memadukan unsur-unsur tertentu atau sebagian komponen ajaran dari berbagai agama untuk dijadikan bagian integral dari agama baru tersebut (Kholisyah. Pluralisme Solusi Penyatuan Ummat.Dalam Buletin SINAR No 1). Seorang pluralis adalah orang yang dapat berinteraksi secara positif terhadap lingkungan kemajemukan selain itu seorang pluralis juga dituntut untuk commited terhadap apa yang diyakininya.
Umat Islam tidak akan terpancing oleh profokasi agama atau kelompok lain, sebab Islam sudah mengajarkan sikap husnudzan (berbaik sangka). Dengan membudayakan sekap husnudzan, niscaya akan terhindar dari perbuatan mendiskriditkan golongan dan akan terhindar dari terjadinya konflik.
Wallohu a’lam
Daftar Referensi :
1. Ghafur,Abdul. 2005. Tafsir Sosial Mendialogkan Teks Dengan Konteks. Yogyakarta.
Alsaq Press.
2. Ilyas, Yunahar. 2003. Cakrawala Al Quran.Yogyakarta. Suara Muhammadiyah
3. Rais, Dahlan.DKK. 2005. Pedoman Hidup Islami 2. P3SI UMMGL. Jawa Tengah
4. Kholisyah, Siti.2007. Pluralisme Solusi Penyatuan Ummat.Dalam Buletin SINAR
No 1/Th.I/200
5. Al Quran dan Terjemahannya.
* Hasil perenungan dari tulisan Saudariku Siti Kholisiyah
Dalam Buletin SINAR edisi 1/Th/I/2007

Assalamualakum, Immawan Luqman...
dalam tulisan diatas, Abdi mencoba mengkritisi.
memang benar yang namanya Pluralisme serasa menjadi Sunatullah. tetapi, sekarang justru Pluralisme semakin menjadi-jadi, kalau bangsa ini membiarkan berkembangnya Pluralisme, mungkin saja akan semakin banyak aliran-aliran seperti Al Qiyadah Al Islamiyah... atau yang lainnya, yang nantinya menjadi resah masyarakat
maka solusi dari abdi, peran serta ulama, mahasiswa, bahkan pemerintah harus seoptimal mungkin dalam mengawal terjadinya Pluralisme, jangan sampai pluralisme menjadi ajang alasan untuk berkembangnya aliran-alirang yang meresahkan..
terimakasih..
semangat terus, abadi perjuangan IMM