Metallic Text Generator at TextSpace.net

Memilih Pemimpin yang Amanah

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (QS. Al Anfal: 27-28). 1. Kedua ayat tersebut secara lahiriyah menegaskan tentang larangan orang-orang beriman mengkhianati amanah Allah. Macam-macam Amanah : Harta, tahta, anak, istri, jabatan dan sebagainya. Termasuk amanah, yaitu setiap elemen yang berwenang memilih pejabat, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, bahkan pejabat militer dan lainnya, agar tidak menyalahgunakan pilihannya (Ibnu Taimiyah). Jadi hak memilih itupun suatu amanah. Oleh karena itu gunakan hak pilih itu dengan sebaik-baiknya. 2. Sikap tidak amanah akan menghantarkan orang ke lembah dosa, menghalalkan segala cara, untuk memenuhi/merealisir ambisinya, melegalkan segala sesuatu yang ilegal, melegalisasikan sesuatu yang tidak legitimet. Yang penting tujuan yang hendak dicapai, soal cara, segalanya dapat ditempuh. Tanpa basa-basi kalau perlu suap pun sebagai hal yang legal. 3. Orang-orang seperti itu telah mengkhianati Allah, Rasul dan orang-orang beriman. 4. Menurut Jumhur Ulama, memilih pemimpin atau mengangkat pemimpin / pejabat negara yang amanah merupakan suatu kewajiban dengan syarat bahwa pemimpin terpilih adalah orang yang terpercaya dan siap mengemban amanah besar dengan sebaik-baiknya. Ia mampu mengemban tugas berat ini dengan berpijak pada nilai-nilai agama. 5. Ibnu Taimiyah. Fungsi suatu jabatan apapun bentuknya ia harus dimanfaatkan untuk amar makruf nahi mungkar, menegakkan supremasi nilai-nilai kebenaran dan kejujuran. Ini berlaku untuk jabatan tertinggi negara seperti Presiden, Panglima Perang, Sampai jabatan terendah sekali pun, RT RW dsb. 6. Jabatan merupakan amanah yang harus ditunaikan dengan sebaik-baiknya. Bila seseorang meminta jabatan padahal dia tidak berhak atas jabatan itu atau tidak mampu mengembannya, kelak di akhirat jabatan akan menyebabkan kehinaan dan penyesalan. (HR. Muslim). 7. Al Qur’an mengisyaratkan beberapa kriteria kelayakan seorang pemimpin. a. Seorang calon pemimpin harus memiliki record (catatan: sejarah hidup) yang baik. Ia memiliki misi dan visi yang mulia demi menyelamatkan bangsa dari keterpurukan dan keterbelakangan pada seluruh sektor kehidupan. Baca Kisah Nabi Ibrahim: Sejak pemuda sampai berjuang menegakkan tauhid memiliki track record yang baik. b. Pemimpin itu harus satu keyakinan / aqidah. “Janganlah orang-orang beriman mengambil orang-orang kafir sebagai wali (pemimpin, teman dekat, pelindung) dengan meninggalkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat demikian niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka”. (QS. Ali Imron: 28). c. Memiliki kecakapan (kafa’ah) dan ilmu pengetahuan dalam kepemimpinannya dan sehat jasmani rohani. “Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang banyak?" (Nabi mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al Baqarah: 247) d. Pemimpin harus bersih dari unsur nepotisme. Sebab betapapun bersihnya seorang pemimpin, apabila ia berada pada lingkaran kelompoknya, lambat laun kebersihannya boleh jadi akan dimanfaatkan kelompoknya. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya”. (QS. Ali Imron: 118) 8. Semoga segenap elemen bangsa ini dapat menjunjung tinggi nilai-nilai amanah. Tidak hanya pada saat disumpah sebagai pejabat, tetapi lebih konkrit dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara. Tulisan ini dari hasil mengikuti Pengajian rutin di MAsjid Tanwir Komlek PTM. yang diasmpaikan oleh KH. Abu Ubaidah, BA.

0 Responses to “Memilih Pemimpin yang Amanah”: