Metallic Text Generator at TextSpace.net

“Peran Pemuda Muslim Sebagai Agent Social Of Changes”

Oleh:Immawan Eko Prihtiono Mahasiswa F. Ekonomi UM Magelang angkatan 06 sekarang aktif di IMM Komisariat Ekonomi
Sebuah Harapan : “Untuk Pemuda Muslim Generasi Muda Islam Yang Mau Memandang Jauh Kedepan Menyongsong Surya Pertanda Munculnya Generasi Mu’min Yang Siap Merubah Dunia Dengan Amalnya” Bangunlah Engkau Wahai Pemuda….. Tak Kah Engkau Dengar Seruan Muhammad…. Engkaulah Sebaik-Baik Umat…!!!
Ada makna dalam kata mutiara di atas, penulis akan mencoba membahas dalam tulisan ini. Pemuda, Tentunya menarik untuk di pertanyakan dan di bayangkan, mengapa peran pemuda yang di tulis dalam judul diatas tidak mengambil judul “Peran manula sebagai agent social of changes” atau “Peran pemuda gaul sebagai agent social of changes”. Sosok Pemuda seperti apakah yang di maksud, dan peran seperti apakah yang begitu besar sampai di sebut sebagai agen perubahan…. ????? Pemuda di pilih sebagai pelaku, karena memiliki potensi yang besar sebagai agen perubahan. Pemuda sebagai segmen yang tercerahkan, karena memiliki kemampuan intelektual. Penulis tidak akan membicarakan peran pemuda sebagai sosok yang faham akan teknologi atau faham ilmu-ilmu sosial, namun penulis akan membicarakan sosok pemuda yang dapat berperan sebagai orang yang memiliki kemampuan logis dalam berfikir. Sehingga dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Sebagai bagian dari pemuda, pemuda juga memiliki karakter positif antara lain idealis dan energik. Idealis yang dimaksud adalah belum terkotori oleh kepentingan pribadi, juga belum terbebani oleh beban posisi. Pemuda masih bebas menempatkan diri pada posisi yang di anggap terbaik, tanpa adanya resistansi (hambatan/perlawanan). Ada contoh kasus, Andi (nama samaran) yang memiliki beban sebagai mantan ketua organisasi A dan umurnya sudah tidak pemuda lagi dan seorang mahasiswa baru yang baru saja masuk anggota organisasi A, jika Andi dan mahasiswa baru itu berganti baju dalam berorganisasi, maka resistansi yang di miliki oleh Andi lebih besar di bandingkan dengan mahasiswa baru tadi, karena ideologi Andi akan dipertanyakan. Energik pemuda biasanya siap sedia melakukan kewajiban yang di bebankan oleh suatu ideologi ketika dia telah menyakini akan kebenaran ideologi tersebut, sebagai contoh adalah para shahabat yang siap sedia manakala mendengar perintah jihad dari Rosulnya. Pejuang dan pendiri bangsa ini juga dari kalangan pemuda, Ir soekarno pernah berkata “Berikan aku sepuluh orang pemuda maka akan aku kuasai dunia.” Mustafa Ghalayani juga mengutarakan “Ditangan mu pemuda terletak urusan umat/bangsa dan di kakimulah penentu hidup dan kejayaan bangsa”. Memang dalam diri pemuda terkumpul semangat yang di butuhkan oleh umat untuk kembali bangkit dari keterpurukan 1500th silam, semangat berani, obsesif, jujur, siap menerima perubahan (anti status quo), pembelaan tanpa mengharapkan kekuasaan, kekuatan fisik, kecerdasan akal, keikhlasan beramal, serta keteguhan dalam memegang prinsip idieologi haruslah menjadi dasar gerakan seorang pemuda sebagai agen perubahan. Setiap zaman pemuda memegang peran penting, kisah Ibrahim as sang pembaharu, atau kisah pemuda kahfi yang masing-masing begitu sigap menerima kebenaran, atau orang-orang yang segera menerima dan mendukung dakwah Rosulullah saw pun ternyata adalah para pemuda, bahkan Abu Bakar yang cukup tua pun saat itu baru berusia 37th. Ada tiga peran yang harus diperhatikan sosok pemuda. Pertma, Sebagai generasi penerus (Ath Thur:21) meneruskan nilai-nilai yang ada pada suatu kaum. Kedua, sebagai generasi pengganti (Al Maidah:54) menggantikan kaum yang memang sudah rusak dengan karakter mencintai dan di cintai Allah, lemah lembut kepada kaum mu’min, tegas kepada kaum kafir, dan tidak takut celaan orang mencela. Tiga, Sebagai generasi pembaharu (Maryam:42) memperbaiki dan memperbaharui kerusakan yang ada pada suatu kaum. Kata kunci yang kedua adalah islam. Islam adalah sebuah ideolgi yang memberikan energi besar bagi perubahan. Hal ini di mungkinkan karena karakter islam yang bersifat syumul (universal), mencakupi seluruh aspek kehidupan dan mengatur seluruh bagian manusia. Islam tidak hanya sekedar mengatur ibadah spiritual saja, namun meliputi segala aspek yaitu politik, pendidikan, ekonomi, budaya dll. Dan Islam juga mewarnai pola pikir, emosi, perasaan, pemikiran dan juga fisik. Ber-islam-nya seseorang akan melahirkan sebuah totalitas. Dengan adanya syahadah, seorang muslim akan meyakini bahwa dia memang di ciptakan hanya untuk beribadah (Adz Dzariat:56), bahwa tidak ada yang dapat memberikan kemudharatan kecuali atas seizin Allah, sehingga dengan demikian tidak ada lagi sesuatupun yang di takuti. Kalaupun harus berperang, mereka meyakini bahwa apapun hasilnya akan berupa kebaikan, matinya adalah syahid dan hidupnya adalah mulia.. Dari dua kata pemuda dan Islam akan memberikan sebuah energi besar yang berlipat. Potensi tersebut seharusnya diarahkan dengan baik sehingga perubahan akan tercipta. Berbicara tantang perubahan, maka akan muncul pertanyaan. Mengapa harus ada perubahan ? Kondisi saat ini sangat jauh dari ideal, tidak di pungkiri lagi bahwa masyarakat (termasuk Indonesia) saat ini sangat jauh dari islam. Contoh yang nampak di permukaan adalah moral masyarakat, budaya korupsi, bahkan mencapai Top heavy corruption (korupsi yang di lakukan pejabat Negara tanpa malu-malu lagi, bahkan di legitimasi dengan peraturan dan perundang-undangan), adanya pergaulan bebas yang Hedon (live stayl) bisa diibaratkan zaman sekarang dengan istilah jaholiyah moderen. Perubahan adalah sunatullah, artinya suka atau tidak, kita akan menemui perubahan. Kalaupun kita diam, maka ada banyak pemikiran lain yang akan merubah perubahan ini (kapitalisme, sosialisme, dll) yang mencoba mengubah masyarakat sesuai dengan kehendak mereka. Oleh karena itu, diamnya kita berarti membiarkan ‘kekalahan’, ideologi yang kita yakini kebenarannya dan membiarkan terjadinya perubahan kearah yang tidak kita kehendaki. Dalam firman Allah bahwa Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum hingga mereka mengubah kondisi dirinya sendiri. (Qs Ar Ra’ad:11). Melakukan perubahan adalah perintah di dalam islam, sebagaimana dalam suatu hadits Rasulullah saw menyatakan bahwa orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang beruntung, orang yang hari ini sama dengan hari kemarin adalah rugi dan orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin adalah celaka. Artinya kalau kita membiarkan kondisi statis tanpa perubahan, apalagi membiarkan perubahan kearah yang lebih buruk, berarti kita tidak termasuk orang yang beruntung. Dalam QS Al Imron:104 Allah memerintahkan agar ada kaum yang menyeru kepada kebaikan sebagai sebuah perubahan. Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah, mengapa harus saya yang melakukan perubahan dan bukan orang lain. Secara sederhana jawabannya adalah karena kita adalah orang-orang terpilih. Dari sekitar 5 M penduduk yang memeluk Islam, suatu segmen yang tidak terlalu besar. Dari sekian banyak pemeluk Islam, mungkin hanya sekitar 5% yang menjadi mahasiswa, berarti merupakan segmen yang kecil. Dan dari sekian pemuda muslim, hanya puluhan atau ratusan yang tertarik mengikuti kajian atau membaca tulisan yang bertemakan pemuda sebagai agen perubahan apalagi yang sadar bergerak menjadi agen perubahan. Orang-orang yang sedikit ini seharusnya tidak kemudian lepas tangan, artinya membiarkan perubahan berjalan kearah yang tidak kita kehendaki. Dengan kata lain, kita telah sadar akan potensi yang kita miliki, dan setiap potensi yang bermakna adanya tanggung jawab. Makin besar potensi yang di miliki seseorang maka makin besar pula tanggung jawab yang di miliki. Dalam hadits Rasulullah yang di riwayatkan Hakim, mengingatkan kita untuk mempergunakan lima kesempatan sebelum datangnya lima kesempatan, yang diantaranya adalah masa muda sebelum datangnya tua. Kesadaran bahwa kita ‘harus’ menjadi agen perubahan, merupakan langkah awal yang kemudian harus di iringi dengan pemahaman bagaimana cara melakukan perubahan atau kearah manakah perubahan harus kita arahkan, dalam Qs Ali Imron:104, bahwa perubahan itu harus di lakukan kearah ‘kebaikan’, arah kebaikan yang di maksud adalah Islam dan Tauhid, sehingga sebagai tujuan jangka panjang adalah terbentuknya masyarakat dan pemerintahan Islami. Sebagaimana dulu Khilafah Islam mengusai seperlima dunia dan sebuah peradaban Islami yang luarbiasa berkembang pesat, dalam bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan. Salah satu contoh adalah pada masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz yang waktu itu sangat sulit mencari orang miskin penerima haknya (zakat) karena masyarakat telah mengalami kemakmuran. Tiga pendekatan yang dapat di lakukan untuk melakukan perubahan, yang pertama, dengan merubah pola fikir individu. Kedua dengan mengubah kelompok. Ketiga menekankan pada perubahan struktur sosial yang kemudian akan menyebar ke seluruh bagian masyarakat. Kita perlu malakukan ketiganya secara simultan, hanya saja perlu di tekankan bahwa perubahan yang langgeng adalah perubahan yang berasal dari pemahaman individu. A’a Gym dengan 3Mnya, mulai dari diri kita, mulai dari yang terkecil dan mulai saat ini juga. Melakukan perubahan secara bertahap adalah ideal, dapat digambarkan seperti halnya penciptaan manusia. Penerapan aturan Islam secara spontan akan menimbulkan penolakan yang spontan pula, sehingga akan muncul fitnah’. Pemahaman yang benar akan Islam melalui perubahan pemikiran, perasaan dan kepatuhan terhadap peraturan, dan akan menimbulkan perubahan revolusioner seorang pemuda yang bisa melakukan perubahan, merekrontuksinya sebagaimana para shahabat. Ada dua kata kunci yang perlu kita ingat dalam melakukan perubahan ini, yang pertama adalah pembinaan sehingga akan memberikan pemahaman dan motifasi yang langgeng, kedua dengan kerja keras dengan beramal, karena Allah hanya menilai amal dan usaha kita bukan hasil dari usaha kita wallahu alam bish ashabab

0 Responses to ““Peran Pemuda Muslim Sebagai Agent Social Of Changes””: