Metallic Text Generator at TextSpace.net

Ikhsan dalam Amaliah

"Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula ). (Q.S. Ar-Rahman: 60 )

Setiap pribadi muslim senantiasa dituntut berbuat ihsan dalam segala aspek amaliyahnya. Semua aktivitas seorang muslim dalam kehidupannya harus tercebur dalam nuansa ihsan. Baik dalam aktivitas ibadah mahdhah ( rutinitas ritual) seperti : sholat, do'a, dzikir, Tilawah Qur'an, haji ; juga dalam ibadah - ibadah 'aam dalam arti umum seperti : berdagang, menuntut ihmu, bertetangga, bekerja, berpolitik, berinteraksi dengan alam semesta, serta segala makhluk di alam raya ini. Semua harus diwarnai sikap ihsan, begitulah yang

Di pesankan oleh Rasulullah SAW. Dalam sabdanya : "sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan atas segala sesuatu " (HR. Muslim ).

Dalam syariat islam,ihsan memiliki dua makna,yaitu :

Memberikan

1. Kebersamaan dengan Allah S.W.T.

Ketika ditanya oleh Malaikat Jibril A.S tentang makna ihsan,rasulullah S.A.W memberikan pengertian :

" Engkau mengabdi kepada Allah, seakan-akan engkau melihat Dia, kalau engkau tidak dapat melihat- Nya maka yakinlah , Dia pasti melihatmu ". ( HR. Muslim).

Sabda Rasulullah tersebut, mendorong setiap pribadi muslim agar selalu tumbuh sikap ma'iyatullah, yakni adanya kebersamaan dengan Allah SWT dalam setiap ruang dan waktu. Sikap merasa selalu dalam pengawasan Allah SWT dalam seluruh sisi kehidupannya. Tidak ada satu sisipun yang terabaikan dari pengawasan Rabbul 'alamin.

" Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa Yang ada di langit dan apa yang ada di bumi ?.Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia yang ke empat. Dan Tiada (pembicaraan antara ) lima orang melainkan Dia lah yang ke enamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka dimanapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari qiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu " (Al-Mujadilah :7)

ِAda perbedaan sangat prinsip antara mereka yang merasa berada dalam pengawasan Alloh S.W.Tdegan mereka yang merasa tidak dalam pengawasan NYA.orang yang senantiasa merasa diawasi oleh Alloh S.W.T.akan selalu meniti jalan kehidupan penuh dengan kehati-hatian.mengerjakan amalan sholeh tidak hanya ketika ada keramaian,tetapijuga dikala sepi dan sendiri. Demi-kian pula,ketika meninggalkan kejahatan dan kemaksiatan,dikala ramai atau — sendiri. dia selalu menjadikan Alloh S.W.T sebagai 'self control ' sedangkan orang yang tidak punya perasaan bahwa Allah tidak pernah mengawasihya cenderung berlaku sesuka hati ,merasa senang dan tenang ketika berbuat dosa dan maksiat. Dia merasa takut hanya terhadap apararat keamanan. Rosululloh SAW bersabda :

" Hiduplah sekehandakmu, kamu pasti akan mati. Cintailah siapa saja yang kamu sukai, kamu sendiri pasti akan meninggalkannya. Berbuatlah sekehendakmu, kamu pasti akan menuai balasannya dan mempertanggung jawabkannya " (HR. At Thabrani )

Kisah Amirul Mu'minin Umar bin Khathab r a. dengan penjual susu menjadi inspirasi uswah (teladan ) yang abadi tentang tinggi nya nilai ihsan. Ketika ibu penjual susu memaksa anaknya ... Laila .... untuk mencampur susu dengan air biasa. Jawab Laila," Tidak boleh bu. Khalifah melarang kita mencampur susu yang akan kita jual dengan air".

" Tetapi semua orang berbuat demikian nak, campur sajalah !. Toh Khalifah tidak melihat kita melakukan itu ....". kata sang ibu.. Bu, sekalipun Amirul Mu'minin tidak melihat kita, namun Rabb dari Amirul Mu'minin pasti mengetahuinya". Masya Allah ..... Ucapan itu membuat khalifah Umar mengintai, berderai air mata.

Alangkah mulia bila setiap muslim menghiasi diri dan hidupnya dengan senantiasa bersama Allah SWT.

2. Berbuat baik karena Allah.

Ihsan dapat pula bermakna berbuat baik karena Allah SWT. Sebagaimana perintah-Nya :

"Dan berbuat baiklah ( kepada Orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah berbuat kerusakan di muka bumi" ( Al - Qashash : 77)

Berbuat baik adalah akhlaq kepada setiap makluk Allah SWT. diatas permukaan bumi ini . Berbuat baik ini meliputi pengertian memenuhi hak-hak orang lain, memperhatikan adab - adabnya dalam setiap tingkah laku.

Tidak masa bodoh, beku hati dan asal mau menang sendiri. Rasulullah SAW memberi panduan tentang apa yang disebut kebaikan. Ketika sahabat Wabishah bin Ma'bad r a bertanya tentang kebaikan, beliau SAW menjawab "Mintalah fatwa dari hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tentram jiwa padanya dan tentram pula dalam Hati. Dan dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati, walaupun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkan nya" ( dari Musnad Ahmad bin Hambal).

Rasulullah SAW telah memberikan uswah (teladan) yang mulia tentang akhlaqul karimahnya kepada keluarga, para sahabat, tetangga, musuh dan bahkan kepada binatang sekalipun.

Alangkah indahnya bila seorang muslim menghiasi hidupnya dengan senantiasa berbuat baik kepada Sesama, kepada binatang dan kepada alam semesta.

Sikap ihsan yang memiliki dimensi Ma'iyatullah dan berbuat baik karena Allah SWT akan mendorong seorang Muslim untuk senantiasa menetapkan niat baik dalam melakukan segala aktivitasnya. Niat untuk berkarya dengan serius dan meningkatkan prestasi, serrta niat untuk melaksanakan tugas-tugas hidup dengan sebaik-baiknyakarena Allah SWT. Seorang muslim yang memiliki niat yang demikianitu, tiada hasil yang diperoleh Melainkan kebaikan pula. Dengan niat yang ihsan ini, nantinya akan melahirkan :

  1. IkhlasAn-Niyat.

Yaitu niat yang ikhlas yang mendasari segala aktivitas hidupnya hanya untuk mencari ridho Allah SWT Tidak memiliki tendensi lain yang hanya mengejar prestasi duniawi semata (Q.S Al-Bayyinah 5 dan 8 )

  1. Itqanul 'Amal

Yaitu melakukan aktivitas secara profesional dalam hidupnya dengan senantiasa meningkatkan kwalitas Selalu mengevaluasi sebuah amalan, menambah bila kurang, mengurangi hal - hal yang kelebihan dan Welatih diri uhtuk melakukannya dengan cepat dan baik." Sesungguhnya Allah SWT mencintai seseorang yang bekerja secara itqan (profesional)" (HR. Bukhari)

Ada persepsi yang keliru tentang hubungan itqanul amal ( kerja yang profesional) dengan niat yang ikhlas sebagian beranggapan bahwa melakukansuatu amaliyah cukuplah dengan modal niat yang ikhlas, Sehingga aktivitasnya terkesan asal-asalan, semrawut atau lebih parah lagi bila berprinsip "daripada tidak \ Persepsi salah kaprah ini sudah menjadi satu budaya dalam masyarakat muslim, maka tujuan untuk membangun masyarakat yang islami tak pernah terwujud, kerja hanya tambal sulam yang menjadikan orang semakin jauh dari islam. Slogan untuk kembalikepada Al - Qur'an dan sunnah hanya berupa angan- angan yang menghiasi pengajian. Ada tiga hal agar sebuah amal menjadi itqam yaitu:

Pertama, Jiddiyah, bersungguh-sungguh dan serius dalam beramal

Kedua Istimrariyah kontinuitas dalam beramal baik dikala sempit maupun lapang, dikala berat ataupun Ringan, dikala berada atau papah. Bertanya ' Aisyah r a ; "Amalan apa yang paling di sukai oleh Allah SWT ?

Jawab Rasulullah SAW," Amalan yang paling kekal (kontinu) walaupxin sedikit."(HR. Bukhati).

Ketiga, Ruhul Vadzli Wattadiyah, semangat berkorban yang selalu berkoban di dada. Berkorban baik Tenaga, waktu, biaya, perasaan, pikiran dan bahkan jiwafaga (bi annwalihim wa an fusihim)

  1. Jatldatul Ada ; Yakni hienunaikan tugas - tugas yang di amanahkan kepada kita dengan sempurna. Semua Aniahah hendaknya di selesaikah dengan baik. Inilah karakter seorang mu'min.

"Orang-orang yang memelihara amanat-amanat ( yang di pikulnya ) dan janjinya " ( Al Mu'minun : 8) Betapa naifnya apabila sebuah lembaga, baik lembaga sosial, keagamaan maupun lembaga politik dikelola oleh mereka yang bekerja sekenanya. Tugas - tugas tidak diselesaikan dengan rasa penuh tanggung jawab Dan kalaupun bekerja tidak tahu bagaimana kesempurnaan tugasnya. Lembaga semacam ini tidak berusia i,ama, segera ambruk, runtuh dan bangkrut.

Dalam masalah aqidah, Rasulullah SAW, mengingatkan bahaya orang yang berkhianat bila diberi amanat. dusta, bila berjanji dan ingkar bila di percaya. Itulah ciri orang - orang munafiq yang dilaknat kelak oleh Allah SWT. Bila ketiga hal tersebut dipenuhi, akan muncul dalam diri seorang muslim Ihsanul 'Amal (kerja ihsan ).

Baik dalam ibadah mahdah maupun dalam ibadah dalam arti umum. Semuanya di laksanakan dengan baik, cekatan, seimbang dan selalu beriringan. Tidak ada sisi yang tertinggal dan tidak ada yang berlebihan. Semua berjalan secara proposional.

"Jika kamu berbuat ihsan, maka kamu telah berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka ( kejahatan ) itu bagi dirimu sendiri" ( Q.S Al- Isra' (17) : 7 )

0 Responses to “Ikhsan dalam Amaliah”: