FIQIH DA"WAH
PENGERTIAN DA'WAH
Dakwah adalah panggilan atau seruan bagi umat manusia menuju jalan Allah (Q.S. Yusuf : 108). Yaitu jalan menuju Islam. Q.S. Ali Imran : 19.
Artinya : Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Q.S. Yusuf : 108).
Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. (Q.S. Ali Imran : 19)
Dari sisi lain, dakwah adalah upaya tiap muslim untuk merealisasikan (aktualisasi / fungsi kerisalahan dan fungsi kerahmatan.
Fungsi kerisalahan bearti meneruskan tugas Rasulallah (Q.S. Al – Maidah 167) menyampaikan dinul Islam kepada seluruh umat manusia (Q.S. Ali Imran 104, 110, 114).
artinya : Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. Al-Maidah 67).
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imran : 104).
Artinya : Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. (Q.S. Ali Imran : 114.
Adapun fungsi kerahmatan berarti upaya menjadikan (mengejawantahkan, mengaktualisasikan, mengoperasionalkan) Islam sebagai rahmat (penyejahtera, pembahagia, memecah persoalan bagi seluruh manusia. (Q.S. Al-Anbiya' : 107).
Artinya : Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
DISKRIPSI
Fungsi Kerisalahan Dakwah.
Memandang fungsi kerisalahan dakwah, maka Islam tidak lain merupakan sumber nilai. Dengan demikian dakwah lebih merupakan suatu proses alih nilai (transfer of value/ yang dikembangkan dalam rangka perubahan perilaku. Hal ini dakwah berarti upaya mengembangkan obyek dakwah untuk menjadi manusia masa depan yang lebih lengkap dalam dimensi keberagmaanya. Dakwah adalah suatu proses pengkondisian agar obyek dakwah lebih mengetahui, memahami, mengimani dan mengamalkan Islam sebagai pandangan dan pedoman hidupnya. Dengan ungkapan lain, hakekat dakwah adalah suatu upaya untuk merubah suatu keadaan menjadi keadaan lain yang lebih baik menurut tolak ukur ajaran Islam. Ini berarti upaya menumbuhkan kesadaran dari dalam pada diri obyek dakwah. Suatu kesadaran yang memungkinkan obyek dakwah mempunyai persepsi cukup memadai tentang Islam sebagai sumber nilai dalam hidupnya dan yang dapat juga menumbuhkan "kekuatan kemauan" dalam dirinya untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Islam tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan pengertian tersebut diatas, maka dakwah dapat dipandang sebagai proses komunikasi dan proses perubahan sosial. Dakwah sebagai proses komunikasi karena pada tingkat (obyek) individual, kegiatan dakwah tidak lain adalah suatu kegiatan komunikasi, yaitu kegiatan menyampaikan pesan dari komunikator (da'i) kepada komunikan (obyek dakwah) dengan melalui media tuntutan, agar terjadi perubahan pada diri komunikan. Perubaha-perubahan tersebut meliputi pemahaman (pengetahuan) sikap dan tindakan individu.
Dengan demikian dalam termonologi agama, perubahan terjadi, akan menyangkut aspek aqidah, (iman), akhlak, ibadah dan mu'amalah (amalan). Perubahan tersebut dimungkinkan oleh karena terjadinya perubahan nilai yang secara aktual dianut oleh seseorang. Dakwah juga merupakan perubahan sosial, oleh karena perubahan nilai di atas juga terjadi pada tingkat masyarakat. Pada tingkat komunitas ini, proses perubahan nilai dimungkinkan akibat interaksional antar inividu anggota masyarakat baik sebagai onuek maupun subyek dakwah.
Dengan melihat dakwah sebagai proses komunikasi dan perubahan sosial diatas, maka penggambaran dakwah hanya dialog lisan menjadi tidak memadai lagi. Untuk terjadinya perubahan –perubahan tersebut diatas, disamping dialog diatas, dibutuhkan dialog-dialog lain, seperti dialog amal (karya) dialog seni, dialog intelektual dan budaya.
Fungsi Kerahmatan Dakwah
Fungsi kerahmatan dakwah berarti upaya menyediakan Islam sebagai sumber konsep bagi manusia dalam meniti kehidupannya didalam. Dalam kaitan ini dakwah meliputi :
1. Menterjemahkan / menyebarkan nilai-nilai normatif Islam menjadi konsep-konsep yanng operasional disegala aspek kehidupan manusia (bud-sos-ekpol-iptek). Dan
2. Implementasi konsep-konsep nilai-nilai tersebut dalam kehidupan aktual (individu, keluarga dan masyarakat).
Dengan ungkapan lain "fungsi kerahmatan" dakwah menghendaki validitas dan aktualitas Islam sebagai sumber konsep untuk mengantisipasi permasalah yang dihadapi manusia dan untuk menggambarkan budayanya. Dalam pengertian ini, maka menunaikan tugas dakwah berarti menunaikan juga tugas kekhalifahan (pengaturan pembangunan).
Dengan demikian dakwah akan mengantarkan kita kepada tugas-tugas yang meliputi kesadaran yang amat luas. Sebagai ilustrasi misalnya, dalam pengertian da'I bukan saja mencakup mubaligh (dalam makna yang sempit), malainkan juga mereka akan tekun mengkaji dam menyebarkan nilai-nilai normatif Islam menjadi konsep-konsep yang secara teknis mudah dijalankan dalam masyarakat (Operasional). Termasuk juga dalam pengertian da'i, mereka para pekerja sosial, para penggerak masyarakat, para penyantun fakir miskin dan anak yatim, para pendidik, pada penulis, dan siapapun yang kegiatannya itu dalam rangka menterjemahkan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Disisi lain, fungsi kerahmatan dakwah juga mengisyaratkan, adanya tuntutan bagi mereka yang terpanggil sebagai khairu ummah, membuktikan kebenaran islam sebagai rahmatan lil alamin. Suatu tugas akbar, yakni menterjemahkan Islam dalam konsep-konsep kehidupan yang dapat menjawab persoalan-persoalan yang timbul dalam sistem budaya manusia.
Aktivitas Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah.
Kedudukan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dengan segala amal usahanya, tidak lain adalah manifestasi dakwah islamiyah di berbagai aspek kehidupan manusia. Amal usaha Muhammadiyah tidak lain merupakan wajah dakwah persyarikatan, dan majelis-majelis serta ortom tidak lain adalah perangkat dakwah persyarikatan, baik yang menyangkut fungsi kerisalahan maupun fungsi kerahmatan.
Dalam hal ini perlu dipertanyakan seberapa jauh dakwah persyarikatan sudah merambah berbagai lahan dakwah yang non konvensional (seni, budaya, intelektual / dsb).
PERSIAPAN DA'I (MUBALIGH)
Seseorang mubaligh berhadapan dengan dua hal :
- Ia wajib dakwah yang ditunaikan dan
- Ada kemerdekaan bari'tikad yang harus dihormati.
Kekuatan dakwah seseorang muballigh terletak semata-mata pada kekuatan dakwahnaya. Kekuatan dakwah seseorang mubaligh tergantung kepada kekuatan hujjahnya yang diterima oleh akal yang sehat, dan daya panggilnya yang dapat menjemput jiwa dan raga. Kedua-duanya tergantung kepada :
- Persiapan mental
- Persiapan ilmiahnya
- Cara dan adab dakwahnya
a. Pembinaan mental (Al I'dan Al – Fikri)
Dalam berdakwah diperlukan keikhlasan dan kesabaran. Dakwah adalah konfrontasi dalam suasana kebebasan berfikir dan berti'tikad. Hasil pekerjaan dakwah memerlukan usaha kontinyu, perhatian yang tidak putus dalam proses pertumbuhan umat yang dibantunnya, seseorang mubaligh menghadapi orang yang banyak, orang banyak itupun "menghadapinya" dengan bermacam-macam cara dan gayanya pula, terutama pada tahap permulaan konfrontasi itu, dia sering mengalami pengalaman-pengalaman yang pahit. Untuk dapat melakukan tugasnya secara kontinyu muballigh harus mampu memelihara ketenangan dan keseimbangan, tidak boleh sesek nafas bila ada orang yang menolaknya, mendustakannya, mencemoohkanya, bahkan sampai menyakiti dirinya, apabila yang kita sampaikan itu apa yang terkandung dalam al-qur’an itu, sampaikan apa ayang telah diperintahkan dengan cara dan pada saat yang tepat, walaupun apa yang mereka katakana. Apabila usaha dakwah kita berhasil diajarkannya menjadikan kebahagiaan, rasa bersyukur, rasa bersyukur kepada Allah, sebagai kebahagiaan ruhaniah tertinggi.
b. Persiapan Ilmu (Tafqqquh Fiddien)
Muballigh harus benar-benar memahami risalah yang hendak disampaikan kepada umat, sesuai dengan bidangnya sehingga risalah itu dapat memberi hidup dan menghidupkan nhati ummat. Untuk itu muballigh itu harus tafaqquh fiddien.
Tafaqquh Fin Nas
Adalah logis apabila seorang mubalig harus pula memahami unsur fitrah manusia, sifat-sifatnya tingkah lakunya, alam fikiran dan alam perasaan masyarakat yang dihadapinya. Disamping hendaknya mengetahui ilmu ilmu jiwa dan perikehidupan manusia sebagai perseorangan dan sebagai anggota masyarakat (makhluk ijtima’i), mengenali adat istiadat, terdiri dari, taraf kehidupan, tingkat kecerdasan, semua itu tidak dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menerima dan mencernakan isi dakwah. Maka bukan suatu tuntutan yang berlebih-lebihan apabila seseorang pembawa dakwah harus merubah ilmu-ilmu alatnya yang lazim dengan dua tiga ilmu lainnya lagi tidak syah lagi bahasa pengantar yang tersusun rapih merupakan jembatan pembuka ketika penggerak rasa yang menerima panggilan.
Artinya : Dan nasehatilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. (An- Nisa’ : 63)
KAIFIAT DAN ADAB DAKWAH
Bila seseorang pembawa dakwah sudah mengayunkan langkah, berbagai corak manusia yang akan dijumpainya. Dia akan berhadapan dengan faham-faham dan pegangan tradisional yang sudah berurat berakar, dengan setengah orang yangn apriari mau menolak tiap-tiap apa yang baru, dengan orang yang ingin mempertahankan kedudukan dan gengsinya, dan kawatir kalau-kalau apa-apa yang disampaikan itu akan merugikaanya, dengan kejahiliannya orang-orang bodoh, yang reaksinya secara bodoh pula, dengan cerdik cendekiawan yang hanya mau menerima sesuatu atas dasar hujjah dan keterangan – keterangan yang “nyata”, dengan orang yangn ragu-ragu disebabkan karena pengetahuannya yang serba kepalang tangung, dsb. Masing-masing itu harus dihadapi tetapi, untuk itu kita ikuti sabda Rasulullah SAW. yang Artinya : Berbicaralah kepada manusia menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-masing.(HR. Muslim).
Dalam hadist lain :
Artinya : Kami diperintah, supaya berbicara kepada manusia menururt kadar akal (kecerdasan mereka masing-masing. (HR. Muslim).
Golongan macam apapun yang akan dihadapi masing-masing menghendaki cara yang mengandung “kemudahan” dan “kesulitan” sendiri-sendiri.
Pokok persoalan bagi pembawa dakwah, ialah bagaimana menentukan cara yang tepat dan efektif dalam menghadapi suatu golongan tertentu dalam satu keadaan dan suasana yang tertentu.
Itulah yang dimaksud dengan hikmah, dalam Al-Qur’an surat An-Nahl : 125.
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Menghadapi cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran dapat berfikir secara kritis, mereka ini harus dipanggil dengan hikmah yakni dengan alas an-alasan, dengan dalil-dalin dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akan mereka. Menghadapi golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat berfikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian –pengertian yang tiinggi-tinggi. Mereka ini dipanggil dengan mauidzah hasanah, dengan anjuran dan didikan baik-baik, dengan ajaran-ajaran yang mudah difahami.
Adapun menghadapi golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan tersebut, mereka ini dipanggil dengan mujadalah billati hiya ahsan, yakni dengan bertukar pikiran guna mendorong supaya berfikir secara sehat dengan cara-cara yang lebih baik.

0 Responses to “FIQIH DA"WAH”:
Posting Komentar