MENGENAL DIRI
Dia telah menciptakan manusia dari mani (setetes air), tiba-tiba ia menjadi pembatah yang nyata.” (S. Annahl, 4)
Makhluk Yang Sangat Unik
Manusia merupakan makhluk Allah yang sangat unik. Diciptakan dari tanah. Sedang proses penciptaan berasal dari setetes air yang hina. Meski demikian, ia tumbuh dan berkembang menjadi makhluk yang paling indah dan bagus, yang dilengkapi dengan berbagai keperluan untuk bisa menangkap berbagai hal yang ada disekitarnya.
Untuk keperluan hidup bagi manusia, Allah SWT menyediakan, langit, bumi, lautan beserta isinya secara cuma-cuma. Hanya satu yang diminta, yaitu jangan mengabdi selain kepada Allah. Jika itu dipenuhi, ia akan selamat sejahtera dan akan dilimpahi berbagai kenikmatan yang tiada tara. Tetapi kalau tidak, maka hidupnya sia-sia, menderita dan tersiksa.
Terkena Bujukan Syaitan
Meskipun tugas pokok manusia adalah mengabdi kepada Allah, tapi banyak yang menolaknya. Mereka tidak mau mengabdi kepada Allah, tetapi justru tertarik oleh bujuk rayu syaitan. Padahal sejak awal, syaitan akan selalu membawa manusia ke jalan yang gelap gulita (Al-Baqarah 257). Dari itulah maka Allah memperingatkan pada hamba-Nya agar jangan sampai terpedaya oleh bujukan syaitan. “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana telah mengeluarkan ibu bapakmu dari syurga.”
Bujuk rayu syaitan itu memang sangat kuat. Terkadang dalam bentuk yang sangat halus, indah dan menawan. Hal ini lantaran syaitan bersungguh-sungguh dalam memperdaya manusia (An Nisa 119). Ia datang dari segala macam arah (Al-A’raf, 17), dan mampu merubah kemakmuran sehingga seolah-olah menjadi kebagusan (Al-Hijr, 39 - 40). Apalagi sosok dirinya tidak bisa dilihat oleh manusia sekalipun ia mampu melihat kita dengan gemblang (Al-A’raf, 27).
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia Telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami Telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.
Akibatnya, tidak sedikit yang semula beriman menjadi kafir, yang semula rajin ibabah menjadi malas, yang semula teguh dalam memegang agamanya menjadi goyah, yang semula ikhlas dalam beramal menjadi riya, yang semula rendah-hati dalam tindakan dan tutur kata menjadi sombong dan takabur, dan seterusnya. Ulah mereka yang seperti itu, pada mulanya mungkin tidak menimbulkan pengaruh langsung yang buruk, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Mereka merasa tetap baik, aman dan sejahtera: hartanya makin bertambah, karier, pangkat dan kedudukannya makin menanjak, relasi dan kawan-kawannya makin banyak, dan lain-lain.
Jika mereka merasa aman menikmati berbagai hasil dari kemaksiatan dan dosanya itu, maka syaitan makin kuat lagi dalam menggodanya. Mereka menjadi sombong dan bertambah sombong, melecehkan dan melawan aturan-aturan Allah, baik dalam konsepsional gagasan maupun dalam praktek operasional. Mereka lupa, bahwa Allah tidak akan membiarkan mereka terus berbuat menuruti hawa nafsunya. Suatu saat, pasti akibat langsung dari perbuatannya itu akan mereka rasakan, dengan rasa yang sangat pedih (An-Nahl, 45 - 47).
Lupa Diri
Mereka lupa, bahwa dirinya diciptakan dari tanah liat yang kering, hitam dan bau (Al-Hijr, 26) serta diproses dari setetes air mani yang tersimpan kokoh dalam rahim (Al-Mu’minun, 12 – 14, Al-Hajj, 5). Mereka juga lupa, bahwa tatkala baru dilahirkan ke bumi, mereka tidak tahu apa-apa dan sangat lemah kondisinya. Allah kemudian memberinya mata, telinga dan hati (An-Nahl, 78). Allah juga memberi tahukan kepada mereka tentang berbagai hal. Allah pula yang memberinya kekuatan, sehingga mampu hidup. Kemudian memberi petunjuk, sebagai pedoman dalam hidupnya.
Mereka bukan hanya diberi penglihatan, pendengaran dan hati, tetapi juga disempurnakan bentuk tubuhnya (S. Al-Infithar, 7 - 9), sehingga menjadi sebaik- baik bentuk. Badannya berdiri tegap, kepala diatas, disusul badan dan kaki, lantas kanan-kirinya dilengkapi dengan kedua tangan. Sedang didalam tubuhnya, mulai dari ujung rambut di kepala sampai tangan dan kaki terdapat jutaan alat-alat, yang masing-masing alat itu ditempatkan dalam posisi yang tepat sesuai dengan tugas dan kegunaannya. Tidak ada yang janggal. Organ dan sel sekecil apapun dalam tubuh manusia telah ditempatkan oleh Allah dalam penempatan yang sangat tepat dan jitu, dan mempunyai peranan yang sangat penting, sebagai kesatuan utuh dan kompak. Sehingga kalau salah satu organ itu tidak berfungsi misalnya, maka akan mengganggu organ-organ lainnya, dan itu berarti akan berpengaruh dalam dirinya, baik fisik maupun psikisnya.
Para ahli di dunia, yang mempergunakan penglihatan, pendengaran dan hatinya, terkagum-kagum menyaksikan bentuk dan bagian-bagian dalam tubuh manusia. Makin dikaji lebih mendalam, sesuai dengan sudut pandang profesinya, akan semakin banyak lagi ditemukan berbagai keajaiban yang sangat luar biasa dan tiada tara.
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imron, 191).
Setelah Allah menciptakan mereka dalam bentuk yang sebaik-baiknya, Allah kemudian memberinya kepada mereka: Apa-apa yang ada di langit, di bumi dan di laut, Ilmu pengetahuan, Rezeki dari yang baik-baik, Berbagai kelebihan yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya, Rakhmat dan hidayah, Serta disempurnakan segala nikmatnya.
Tidak Mau Bersyukur Nikmat
Meski demikian, mereka masih tidak mau bersyukur kepadaNya. Mereka lupa pada dirinya sendiri; dari mana ia diciptakan, siapa penciptanya, untuk apa dilahirkan di bumi ini, dan mau kemana hidup di dunia ini? Karena lalai terhadap jati dirinya, mereka menjadi mudah terbawa hanyut, mengikuti arus angin yang datang. Ia terombang-ambing ke sana ke mari, seperti sabut yang terapung-apung di lautan. Tersesat. Kesesatan mereka karena menuruti hawa nafsunya, diumpamakan oleh Allah bagaikan ternak. Bahkan bisa jadi lebih sesat dari binatang ternak.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (S.Al-A’raf, 179).
Mendustakan Ayat-ayat Allah
Mereka juga tidak mau membaca ayat-ayat Allah, bahkan mendustakanNya, baik yang tertulis dalam Kitab-kitabNya maupun yang tergelar dalam jagat raya (ayat-ayat Qauniyah). Sebagai suatu petunjuk dari Allah, Pencipta dan Penguasa Alam semesta, sudah pasti kitab itu mudah untuk dibaca, dipelajari dan diamalkan. Tetapi mereka tidak mau membacanya, malah mereka berani mendustakanNya. Mereka tidak mau memperhatikan berbagai fenomena alam yangada di sekelilingnya. Misalkan tentang makin banyaknya bencana berupa gunung meletus, banjir, gempa, tanah longsor, kekeringan, kebarakan, dll. Mereka juga tidak mau memperhatikan fenomena masyarakat yang banyak terjadi dimana-mana, seperti peperangan, penyakit yang mengganas, kesengsaraan yang berkepanjangan, ketidak-tenteraman, keresahan, dsb.
Sebaliknya, mereka justru semakin asyik menuruti hawa nafsunya dalam mengejar kenikmatan hidup duniawiyah. Padahal sesuai dengan sifatnya dunia itu menjanjikan kemewahan dan dan kenikmatan yang cuma sementara saja, tidak abadi. Dari itu mereka yang mengejar kehidupan duniawiyah tidak pernah merasa puas. Persis seperti anjing yang selalu mengulur-ulurkan lidahnya. Sewaktu lapar, sang anjing akan selalu mengulur lidahnya, begitu pula sewaktu kenyang, pada waktu dielus-elus majikannya, ia mengulur-ulurkan lidahnya.
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajatnya)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya dia diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkan dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang me
0 Responses to “MENGENAL DIRI”:
Posting Komentar